POTRET 6: Segalanya Ada Jalan Keluar!
Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in Sebuah Cerita di Balik Lensa“Tak ada penyakit yang tak ada obatnya.” Begitulah kutipan bunyi dari sebuah hadist yang pernah saya baca. Pada intinya semua penyakit pasti ada obatnya dan pasti bisa sembuh jika kita mau berusaha untuk sembuh dan berobat. Jaman sekarang ini telah banyak teknologi canggih dan dokter yang handal untuk mampu membantu menyembuhkan suatu penyakit namun sekarang ini penyakit makin beragam jenisnya dan mudah menyerang siapa saja.
Gue sendiri sekarang ini lagi sakit dan menurut dokter hal ini cukup parah dan harus diobati dengan rutin. Awalnya kaget memang kenapa gue bisa mengidap penyakit yang selama ini masih banyak penderitanya dan sulit dicegah. Gue gak akan sebutin apa sakit gue tapi ini nih cirri-cirinya. Disebabkan oleh bakteri dan merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbesar di dunia. Gue berharap hidup gue masih bisa terselamatkan dan gue bisa sembuh dari sakit ini.
Udah 2 tahun lamanya gue mengidap sakit ini. Udah 2 tahun pula gue gak terapi dan gak minum obat sama sekali. Gue juga gak tahu gimana perkembangan bakteri tersebut di dalam organ tubuh gue. Yang jelas, gue baru sadar tentang apa yang harus gue lakuin akhir-akhir ini. Gue selalu cuek dan diem kalo orang lain ngomongin soal penyakit gue ini. Mereka tahu gue sakit ini tapi gue pura-pura gak tahu sakit gue. Bukannya gue angkuh atau sombong tapi gue lebih gak mau mikirin penyakit gue. Paling juga bisa sembuh sendiri. Piker gue waktu itu.
Setelah 2 tahun itu badan gue sering sakit dan kadang muntah-muntah. Gue tetep cuek aja karena gue tetep kukuh gak mau mikirin penyakit ini. Besoknya setelah gue muntah-muntah, gue cerita ke guru gue. Gak usah gue sebutin yah siapa nama aslinya. Biasa gue panggil Bunda. Waktu itu pas jam istirahat. Gue ke ruangannya beliau. Gue cerita mendetail dan wawh kena marah besar lah gue. “Mbak, kamu itu sakit parah. Kenapa baru cerita sekarang? Terus selama ini gak minum obat? Obatnya dibuang? Dengerin Bunda ya mbak, kamu itu terlalu banyak mikir tapi gak di imbangi dengan makan yang teratur. Yaudah pokoknya nanti sore Bunda anterin ke rumah sakit.”. dan itulah sepenggal kemarahan yang menyadarkan gue. Hmh, gue Cuma diem, merenung, nangis, pengen teriak, dan semua emosi dalam diri gue bercampur jadi satu. Ngerasa bersalah sih iya, kalo ditanya orang ‘Kamu nyesel gak?’ gue jawab NYESEL BANGET. 2 tahun waktu yang lebih dari cukup untuk menyembuhkan penykit ini. Gue juga sempet periksa sampai di labolatorium juga, obat juga udah ada. Kenapa gue buang sia-sia kesempatan itu. Kata temen gue “Emang ini kan yang kamu pengen dari dulu. Gak pengen bisa sembuh. Cuek. Gak peduli siapa-siapa. Sekarang baru sadar kalo sakitnya udah parah dan baru pengen sembuh sekarang? Inget, kamu hidup buat siapa dan untuk apa? Masa lalu hanyalah kenangan yang tak harus selalu ditangisi. Manusia punya jalannya masing-masing.”. Seketika itu gue bertekad untuk sembuh dan melanjutkan hidup dan mimpi gue yang sempat tertunda.
1 minggu berlalu sejak gue pergi ke pengobatan tradisional. Gue mulai rutin minum obat. Makan teratur tanpa sambal dan minum tanpa es. Dulu, gue gak mau makan kalau gak ada sambalnya, gak mau minum kalau gak pakai soda. Kadang makan juga cuma sehari sekali, tenaga gue diforsir habis-habisan demi ngerjain hal-hal yang gue suka sampai larut malam. Aah, insomnia dating lagi. Sejenak gue harus meninggalkan kebiasaan buruk gue itu dan mencoba pola hidup sehat serta minum obat secara teratur.
Sebenarnya banyak orang yang peduli sama gue, bahkan kalo gue butuh apapun sahabat gue selalu ada disamping gue. Nasehat mereka terlalu berarti untuk di buang dan sayangnya gue baru sadar sekarang. Penyesalan selalu datang di belakang. Kita bukan malaikat yang tak pernah melakukan dosa, kita bukan benda mati yang tak pernah merasa, kita manusia yang dikaruniai jiwa dan raga untuk selalu bersyukur dan melakukan apa yang diperintahkanNya. Manusia hanyalah manusia yang terkadang lupa diri dan penuh khilaf. Setidaknya ketika kita sedang diliputi masalah, ada orang lain yang sanggup mengingatkan kita. Dan ketika itu pula Tuhan menguatkan hati kita dan mengingatkan untuk selalu bersyukur atas apa yang ada. (farah)
Potret 5: Let It Flow and Enjoy With It!!
Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in Sebuah Cerita di Balik LensaLet It Flow and Enjoy With It!!
Kalo hidup banyak makna, Aku punya sejuta cerita. Itulah yang ada dipikiran gue saat ini. Kadang kalo gue lagi di jalan, gue sering ngomong-ngomong sendiri dan mikir gak jelas entah kemana. Gue sering di tertawain orang kalo gue cerita tentang cita-cita gue. Malah kadang ada yang mencaci gue. Tapi semua itu gak menghalangi apa yang gue impikan. Pernah gue dibilang, cita-cita gue konyol, gak masuk akal, dan terlalu tinggi. Tapi, pandangan gue beda tentang cita-cita. Orang boleh bilang apapun tentang gue tapi orang gak akan pernah bias ngatur jalan hidup gue. Justru menurut gue tuh cita-cita harus tinggi karena hal itu gue selalu jadi acuan gue untuk terus berusaha. Gue gak mau setengah-setengah ngejalani hidup gue. Tapi gue hanya manusia yang kadang khilaf dan wajar kalau setiap manusia pasti pernah mengalami masalah.
Kali ini gue lagi bingung sama hidup gue sendiri. Sewaktu temen gue lagi ngobrol ketawa ketiwi, seneng-seneng, dan asyik bercanda. Gue Cuma duduk di kelas dan nulis diary. Cuma itu yang gue lakuin. Kadang kalo lagi mood ya gabung sama mereka, kadang baca bukunya bang Mutun (Raditya Dika), dan lebih sering jajan di kantin. Tapi entah kenapa pikiran gue jarang banget bias enjoy dan lepas. Ada masalah dikit, pikiran gak karuan entah kemana. Sampe sahabat gue hapal kebiasaan buruk gue. Kalo lagi ada masalah dikit pasti mikir hal-hal yang gak penting. Bagi gue wajar. Tapi bagi mereka enggak. Gak tau kenapa jalan pikiran gue kayak gini. Gue sering curhat ke temen-temen gue atau kakak bahkan guru gue. Mungkin mereka terganggu dengan cerita-cerita gue mulai dari a-z. Banyak juga temen gue yang bilang “Kamu itu beruntung, kamu mendapatkan sesuatu lebih dari orang-orang yang kamu sayang”. Gue terimakasih banget sama mereka yang udah ngebantuin gue, tapi gue juga minta maaf kalo sering ganggu waktu kalian. Well, Allah selalu membalas kebaikan kalian kawan!
Akhir-akhir ini gue lagi mikirin masalah sampe perut gue mules-mules banget dan sampe bolak balik ke dokter dan harus minum obat tapi gak sembuh-sembuh. Dan kata sahabat gue, “Kumat kan sakitnya. Kamu itu gak sakit. Tapi kamu itu kepikiran masalah terus.”. dan waktu gue curhat ke guru gue, beliau bilang “Gak usah dipikirin kalo kamu gak bertindak. Santai saja. Allah pasti membantu.”. Dari situ gue mulai mikir, ‘kenapa hidup gue kayak gini? Apa tujuan hidup gue? Siapa gue yang sebenarnya? Dan apa yang bisa gue lakuin buat orang lain? Buat apa gue hidup?’. Sampai sekarang itulah pertanyaan besar dalam hidup gue.
Tiap hari gue selalu baca buku motivasi, buka facebooknya Mario teguh, buka blog dan nulis cerita entah apapun itu. Hal itu gue lakuin demi memotivasi diri gue sendiri biar gue tetep semangat dan gak down. Tadi siang baru aja gue tamat baca bukunya Raditya Dika (salah satu penulis favorit gue) yang judulnya Radikus Makan Kakus. Bukunya emang ngocok perut dan bikin ngakak sampe gigi garing, tapi di lain sisi gue menangkap satu hal dari Raditya Dika. Orang segokil, sekonyol, dan sebego itu (maaf, emang kenyataan.haha) sempet mikirin tentang hidup dia. Dia udah buat orangtua dan keluarganya bangga sama dia. Sampe dia rela ngelakuin hal yang sama sekali jarang ada di pikiran dia. Dari apa yang Raditya Dika lakuin, gue jadi mikir “Apa selama ini gue udah bertanggung jawab sama hidup gue? Apa gue sudah bertanggung jawab sama keluarga gue?”.
Gue pengen tersadar dari semua masalah gue. Gue harus bangkit dari semua ini tapi gue butuh orang lain. Selama ini gue menutup diri dengan orang lain, dan perlahan gue udah bisa nglupain itu. Gue yakin gue bisa jadi yang lebih baik. Dan disaat kondisi gue kayak gini rasanya hampir gak mungkin gue masih dipercaya untuk jadi yang terbaik. Gue harap itu bisa jadi acuan gue untuk jadi lebih baik dan jadi pengalaman berharga gue, meskipun banyak orang yang ngetawain gue tentang cita-cita gue. Dan perlahan semuanya pun terbukti siapa yang menjadi pemenang!. Tersenyumlah untuk mimpimu. Lakukan dengan cinta. Gue yakin Allah gak tidur. (farah)
POTRET 4: Bertarung Dengan Ejekan!
Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in Sebuah Cerita di Balik Lensa“Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu.” Kata Andrea Hirata. “Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada indahnya mimpi-mimpi mereka.”
Waktu selalu berpihak pada siapapun, waktu tak akan pernah berhenti berputar. Tapi masa depan tak akan berpihak pada mereka yang melalaikan waktu. Seperti waktu yang tak pernah berhenti berputar, hidup ini juga selalu berputar melewati cerita dan mimpi-mimpi baru. Cita-cita bukan sekedar cerita, tapi lebih dari itu cita-cita membutuhkan usaha yang ekstra untuk mewujudkannya dan mendapatkan yang terbaik.
Banyak orang yang ngetawain gue tentang cita-cita dan mimpi gue. Mereka seolah berpikir bahwa gak mungkin gue bisa dapetin dan lakuin cita-cita itu. Banyak juga temen gue yang bilang kalo gue tuh aneh dan gak pernah ngerti jalan pikiran gue (mungkin hanya orang-orang beriman yang mengerti.he he). Tapi dibalik semua itu selalu ada dukungan bagi gue. Di dunia ini selalu ada dua hal yang bertolak belakang dan gak bisa kita pungkiri. Ada pujian ada juga ejekan.
Gue punya banyak cita-cita! Bahkan lebih dari 100 cita-cita! Bukankah semua yang kita inginkan itu merupakan cita-cita?. Nah, kalo iya berarti apa yang selama ini gue harapkan dan mau adalah cita-cita gue?. Jadi, gak salah donk kalo setiap hari gue berusaha mewujudkan itu dan setiap hari gue nenteng-nenteng kertas daftar cita-cita gue, mind map, dan semua tentang hidup gue. Terkadang kalo lagi males nglakuin sesuatu, entah itu dikelas, dirumah, atau dimanapun, gue selalu baca berulang-ulang tentang cita-cita gue, nulis diary, dan lebih sering gambar mind map atau biasa disebut peta pikiran. Hal itu menjadi tugas wajib gue setiap hari. Setiap orang pasti punya kebiasaan masing-masing, tinggal bagaimana mereka menciptakan kebiasaan menjadi sebuah kekuatan untuk meraih mimpi.
Gue gak terlalu ambil pusing dengan ejekan temen-temen gue. Yang gue pikirin sekarang adalah gimana gue menata hidup gue dan apa yang gue lakukan demi masa depan gue yang lebih baik. Gue juga punya masa lalu. Tapi masa lalu gue udah tersimpan erat dalam sebuah kata “kenangan”. Masa lalu gue terlalu kelam untuk diceritakan. Masa lalu adalah sebuah sandiwara dunia yang belum terencanakan sedangkan masa depan adalah mimpi yang harus terselesaikan.
Hidup ini indah kawan kalau kita mengerti maknanya. Ikhlaskanlah masa lalumu, berdoalah untuk masa depanmu yang cemerlang, dan berdoalah semoga tugasmu sekarang terselesaikan. Bagi gue tak ada yang sempurna di dunia ini. Dunia hanyalah sebuah tempat untuk beristirahat dan selanjutnya menuju akhirat. Cita-cita, mimpi, dan harapan adalah pengindah dunia. Kelak suatu hari nanti, kunantikan wajah-wajah bahagiamu memeluk kesuksesan menerohkan tinta emas bagi dunia.
POTRET 6: Segalanya Ada Jalan Keluar!
Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in Sebuah Cerita di Balik Lensa“Tak ada penyakit yang tak ada obatnya.” Begitulah kutipan bunyi dari sebuah hadist yang pernah saya baca. Pada intinya semua penyakit pasti ada obatnya dan pasti bisa sembuh jika kita mau berusaha untuk sembuh dan berobat. Jaman sekarang ini telah banyak teknologi canggih dan dokter yang handal untuk mampu membantu menyembuhkan suatu penyakit namun sekarang ini penyakit makin beragam jenisnya dan mudah menyerang siapa saja.
Gue sendiri sekarang ini lagi sakit dan menurut dokter hal ini cukup parah dan harus diobati dengan rutin. Awalnya kaget memang kenapa gue bisa mengidap penyakit yang selama ini masih banyak penderitanya dan sulit dicegah. Gue gak akan sebutin apa sakit gue tapi ini nih cirri-cirinya. Disebabkan oleh bakteri dan merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbesar di dunia. Gue berharap hidup gue masih bisa terselamatkan dan gue bisa sembuh dari sakit ini.
Udah 2 tahun lamanya gue mengidap sakit ini. Udah 2 tahun pula gue gak terapi dan gak minum obat sama sekali. Gue juga gak tahu gimana perkembangan bakteri tersebut di dalam organ tubuh gue. Yang jelas, gue baru sadar tentang apa yang harus gue lakuin akhir-akhir ini. Gue selalu cuek dan diem kalo orang lain ngomongin soal penyakit gue ini. Mereka tahu gue sakit ini tapi gue pura-pura gak tahu sakit gue. Bukannya gue angkuh atau sombong tapi gue lebih gak mau mikirin penyakit gue. Paling juga bisa sembuh sendiri. Piker gue waktu itu.
Setelah 2 tahun itu badan gue sering sakit dan kadang muntah-muntah. Gue tetep cuek aja karena gue tetep kukuh gak mau mikirin penyakit ini. Besoknya setelah gue muntah-muntah, gue cerita ke guru gue. Gak usah gue sebutin yah siapa nama aslinya. Biasa gue panggil Bunda. Waktu itu pas jam istirahat. Gue ke ruangannya beliau. Gue cerita mendetail dan wawh kena marah besar lah gue. “Mbak, kamu itu sakit parah. Kenapa baru cerita sekarang? Terus selama ini gak minum obat? Obatnya dibuang? Dengerin Bunda ya mbak, kamu itu terlalu banyak mikir tapi gak di imbangi dengan makan yang teratur. Yaudah pokoknya nanti sore Bunda anterin ke rumah sakit.”. dan itulah sepenggal kemarahan yang menyadarkan gue. Hmh, gue Cuma diem, merenung, nangis, pengen teriak, dan semua emosi dalam diri gue bercampur jadi satu. Ngerasa bersalah sih iya, kalo ditanya orang ‘Kamu nyesel gak?’ gue jawab NYESEL BANGET. 2 tahun waktu yang lebih dari cukup untuk menyembuhkan penykit ini. Gue juga sempet periksa sampai di labolatorium juga, obat juga udah ada. Kenapa gue buang sia-sia kesempatan itu. Kata temen gue “Emang ini kan yang kamu pengen dari dulu. Gak pengen bisa sembuh. Cuek. Gak peduli siapa-siapa. Sekarang baru sadar kalo sakitnya udah parah dan baru pengen sembuh sekarang? Inget, kamu hidup buat siapa dan untuk apa? Masa lalu hanyalah kenangan yang tak harus selalu ditangisi. Manusia punya jalannya masing-masing.”. Seketika itu gue bertekad untuk sembuh dan melanjutkan hidup dan mimpi gue yang sempat tertunda.
1 minggu berlalu sejak gue pergi ke pengobatan tradisional. Gue mulai rutin minum obat. Makan teratur tanpa sambal dan minum tanpa es. Dulu, gue gak mau makan kalau gak ada sambalnya, gak mau minum kalau gak pakai soda. Kadang makan juga cuma sehari sekali, tenaga gue diforsir habis-habisan demi ngerjain hal-hal yang gue suka sampai larut malam. Aah, insomnia dating lagi. Sejenak gue harus meninggalkan kebiasaan buruk gue itu dan mencoba pola hidup sehat serta minum obat secara teratur.
Sebenarnya banyak orang yang peduli sama gue, bahkan kalo gue butuh apapun sahabat gue selalu ada disamping gue. Nasehat mereka terlalu berarti untuk di buang dan sayangnya gue baru sadar sekarang. Penyesalan selalu datang di belakang. Kita bukan malaikat yang tak pernah melakukan dosa, kita bukan benda mati yang tak pernah merasa, kita manusia yang dikaruniai jiwa dan raga untuk selalu bersyukur dan melakukan apa yang diperintahkanNya. Manusia hanyalah manusia yang terkadang lupa diri dan penuh khilaf. Setidaknya ketika kita sedang diliputi masalah, ada orang lain yang sanggup mengingatkan kita. Dan ketika itu pula Tuhan menguatkan hati kita dan mengingatkan untuk selalu bersyukur atas apa yang ada. (farah)
Potret 5: Let It Flow and Enjoy With It!!
Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in Sebuah Cerita di Balik LensaLet It Flow and Enjoy With It!!
Kalo hidup banyak makna, Aku punya sejuta cerita. Itulah yang ada dipikiran gue saat ini. Kadang kalo gue lagi di jalan, gue sering ngomong-ngomong sendiri dan mikir gak jelas entah kemana. Gue sering di tertawain orang kalo gue cerita tentang cita-cita gue. Malah kadang ada yang mencaci gue. Tapi semua itu gak menghalangi apa yang gue impikan. Pernah gue dibilang, cita-cita gue konyol, gak masuk akal, dan terlalu tinggi. Tapi, pandangan gue beda tentang cita-cita. Orang boleh bilang apapun tentang gue tapi orang gak akan pernah bias ngatur jalan hidup gue. Justru menurut gue tuh cita-cita harus tinggi karena hal itu gue selalu jadi acuan gue untuk terus berusaha. Gue gak mau setengah-setengah ngejalani hidup gue. Tapi gue hanya manusia yang kadang khilaf dan wajar kalau setiap manusia pasti pernah mengalami masalah.
Kali ini gue lagi bingung sama hidup gue sendiri. Sewaktu temen gue lagi ngobrol ketawa ketiwi, seneng-seneng, dan asyik bercanda. Gue Cuma duduk di kelas dan nulis diary. Cuma itu yang gue lakuin. Kadang kalo lagi mood ya gabung sama mereka, kadang baca bukunya bang Mutun (Raditya Dika), dan lebih sering jajan di kantin. Tapi entah kenapa pikiran gue jarang banget bias enjoy dan lepas. Ada masalah dikit, pikiran gak karuan entah kemana. Sampe sahabat gue hapal kebiasaan buruk gue. Kalo lagi ada masalah dikit pasti mikir hal-hal yang gak penting. Bagi gue wajar. Tapi bagi mereka enggak. Gak tau kenapa jalan pikiran gue kayak gini. Gue sering curhat ke temen-temen gue atau kakak bahkan guru gue. Mungkin mereka terganggu dengan cerita-cerita gue mulai dari a-z. Banyak juga temen gue yang bilang “Kamu itu beruntung, kamu mendapatkan sesuatu lebih dari orang-orang yang kamu sayang”. Gue terimakasih banget sama mereka yang udah ngebantuin gue, tapi gue juga minta maaf kalo sering ganggu waktu kalian. Well, Allah selalu membalas kebaikan kalian kawan!
Akhir-akhir ini gue lagi mikirin masalah sampe perut gue mules-mules banget dan sampe bolak balik ke dokter dan harus minum obat tapi gak sembuh-sembuh. Dan kata sahabat gue, “Kumat kan sakitnya. Kamu itu gak sakit. Tapi kamu itu kepikiran masalah terus.”. dan waktu gue curhat ke guru gue, beliau bilang “Gak usah dipikirin kalo kamu gak bertindak. Santai saja. Allah pasti membantu.”. Dari situ gue mulai mikir, ‘kenapa hidup gue kayak gini? Apa tujuan hidup gue? Siapa gue yang sebenarnya? Dan apa yang bisa gue lakuin buat orang lain? Buat apa gue hidup?’. Sampai sekarang itulah pertanyaan besar dalam hidup gue.
Tiap hari gue selalu baca buku motivasi, buka facebooknya Mario teguh, buka blog dan nulis cerita entah apapun itu. Hal itu gue lakuin demi memotivasi diri gue sendiri biar gue tetep semangat dan gak down. Tadi siang baru aja gue tamat baca bukunya Raditya Dika (salah satu penulis favorit gue) yang judulnya Radikus Makan Kakus. Bukunya emang ngocok perut dan bikin ngakak sampe gigi garing, tapi di lain sisi gue menangkap satu hal dari Raditya Dika. Orang segokil, sekonyol, dan sebego itu (maaf, emang kenyataan.haha) sempet mikirin tentang hidup dia. Dia udah buat orangtua dan keluarganya bangga sama dia. Sampe dia rela ngelakuin hal yang sama sekali jarang ada di pikiran dia. Dari apa yang Raditya Dika lakuin, gue jadi mikir “Apa selama ini gue udah bertanggung jawab sama hidup gue? Apa gue sudah bertanggung jawab sama keluarga gue?”.
Gue pengen tersadar dari semua masalah gue. Gue harus bangkit dari semua ini tapi gue butuh orang lain. Selama ini gue menutup diri dengan orang lain, dan perlahan gue udah bisa nglupain itu. Gue yakin gue bisa jadi yang lebih baik. Dan disaat kondisi gue kayak gini rasanya hampir gak mungkin gue masih dipercaya untuk jadi yang terbaik. Gue harap itu bisa jadi acuan gue untuk jadi lebih baik dan jadi pengalaman berharga gue, meskipun banyak orang yang ngetawain gue tentang cita-cita gue. Dan perlahan semuanya pun terbukti siapa yang menjadi pemenang!. Tersenyumlah untuk mimpimu. Lakukan dengan cinta. Gue yakin Allah gak tidur. (farah)
POTRET 4: Bertarung Dengan Ejekan!
Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in Sebuah Cerita di Balik Lensa“Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu.” Kata Andrea Hirata. “Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada indahnya mimpi-mimpi mereka.”
Waktu selalu berpihak pada siapapun, waktu tak akan pernah berhenti berputar. Tapi masa depan tak akan berpihak pada mereka yang melalaikan waktu. Seperti waktu yang tak pernah berhenti berputar, hidup ini juga selalu berputar melewati cerita dan mimpi-mimpi baru. Cita-cita bukan sekedar cerita, tapi lebih dari itu cita-cita membutuhkan usaha yang ekstra untuk mewujudkannya dan mendapatkan yang terbaik.
Banyak orang yang ngetawain gue tentang cita-cita dan mimpi gue. Mereka seolah berpikir bahwa gak mungkin gue bisa dapetin dan lakuin cita-cita itu. Banyak juga temen gue yang bilang kalo gue tuh aneh dan gak pernah ngerti jalan pikiran gue (mungkin hanya orang-orang beriman yang mengerti.he he). Tapi dibalik semua itu selalu ada dukungan bagi gue. Di dunia ini selalu ada dua hal yang bertolak belakang dan gak bisa kita pungkiri. Ada pujian ada juga ejekan.
Gue punya banyak cita-cita! Bahkan lebih dari 100 cita-cita! Bukankah semua yang kita inginkan itu merupakan cita-cita?. Nah, kalo iya berarti apa yang selama ini gue harapkan dan mau adalah cita-cita gue?. Jadi, gak salah donk kalo setiap hari gue berusaha mewujudkan itu dan setiap hari gue nenteng-nenteng kertas daftar cita-cita gue, mind map, dan semua tentang hidup gue. Terkadang kalo lagi males nglakuin sesuatu, entah itu dikelas, dirumah, atau dimanapun, gue selalu baca berulang-ulang tentang cita-cita gue, nulis diary, dan lebih sering gambar mind map atau biasa disebut peta pikiran. Hal itu menjadi tugas wajib gue setiap hari. Setiap orang pasti punya kebiasaan masing-masing, tinggal bagaimana mereka menciptakan kebiasaan menjadi sebuah kekuatan untuk meraih mimpi.
Gue gak terlalu ambil pusing dengan ejekan temen-temen gue. Yang gue pikirin sekarang adalah gimana gue menata hidup gue dan apa yang gue lakukan demi masa depan gue yang lebih baik. Gue juga punya masa lalu. Tapi masa lalu gue udah tersimpan erat dalam sebuah kata “kenangan”. Masa lalu gue terlalu kelam untuk diceritakan. Masa lalu adalah sebuah sandiwara dunia yang belum terencanakan sedangkan masa depan adalah mimpi yang harus terselesaikan.
Hidup ini indah kawan kalau kita mengerti maknanya. Ikhlaskanlah masa lalumu, berdoalah untuk masa depanmu yang cemerlang, dan berdoalah semoga tugasmu sekarang terselesaikan. Bagi gue tak ada yang sempurna di dunia ini. Dunia hanyalah sebuah tempat untuk beristirahat dan selanjutnya menuju akhirat. Cita-cita, mimpi, dan harapan adalah pengindah dunia. Kelak suatu hari nanti, kunantikan wajah-wajah bahagiamu memeluk kesuksesan menerohkan tinta emas bagi dunia.

