"Tuhan, aku rindu...
Tuhan, aku tak pernah tahu kepada siapa lagi harus bercerita. Tentang semua keluh kesah, suka, duka, dan lika liku luka. Beberapa kali memakasakan diri bercerita pada orang-orang terdekatku, hasilnya sia-sia. Tak ada satupun jawaban yang keluar dari mulut mereka mampu menenangkanku. Entah apa yang terjadi pada diriku. Aku berantakan, rasanya seperti kehilangan diriku sendiri. Kehilangan dunia yang dulu aku banggakan. Kehilangan dunia yang dulu selalu kuhiasi dengan mimpi dan cita-cita.
Apa yang salah atas diriku? Aku mulai hilang akal. Tak tahu lagi apa yang kurasakaan saat ini. Rasanya mati rasa, tanpa rasa lain. Jalan mana lagi yang harus kupilih untuk kembali menjadi diriku sendiri? Butuh waktu berapa lama untuk me-recorvery kehidupan penuh mimpi itu? Haruskah aku mengalah dan menyerah karena keadaan?"
Tahu berapa kali kutuliskan kalimat itu dalam sebuah catatan kecil? Entahlah aku tak pernah ingin tahu dan menjawabnya. Butuh waktu yang lama untuk kembali menjadi diriku sendiri. Seperti daun yang menanti tetesan embun. Seperti pohon yang menunggu cahaya matahari untuk tumbuh. Perasaan kecewa, menyesal, dan terluka mungkin masih menyelinap di antara relung hati dan mimpi. Ingin rasanya membakar dan benar-benar hilang dari perasaan itu. Kembali menjadi diriku sendiri, menjadi apa yang aku mimpikan dulu.
Ya, aku akan bangun, bangkit, berdiri, bahkan berlari. Aku akan menjadi diriku sendiri, aku akan melakukan setiap apa yang kujalani dengan penuh harapan. Berselimut doa yang kupanjatkan, semoga Allah senantiasa membukakan jalan yang terbaik. Ini saat yang tepat untuk bangkit. Mati Rasa? End.
0 komentar
"Tuhan, aku rindu...
Tuhan, aku tak pernah tahu kepada siapa lagi harus bercerita. Tentang semua keluh kesah, suka, duka, dan lika liku luka. Beberapa kali memakasakan diri bercerita pada orang-orang terdekatku, hasilnya sia-sia. Tak ada satupun jawaban yang keluar dari mulut mereka mampu menenangkanku. Entah apa yang terjadi pada diriku. Aku berantakan, rasanya seperti kehilangan diriku sendiri. Kehilangan dunia yang dulu aku banggakan. Kehilangan dunia yang dulu selalu kuhiasi dengan mimpi dan cita-cita.
Apa yang salah atas diriku? Aku mulai hilang akal. Tak tahu lagi apa yang kurasakaan saat ini. Rasanya mati rasa, tanpa rasa lain. Jalan mana lagi yang harus kupilih untuk kembali menjadi diriku sendiri? Butuh waktu berapa lama untuk me-recorvery kehidupan penuh mimpi itu? Haruskah aku mengalah dan menyerah karena keadaan?"
Tahu berapa kali kutuliskan kalimat itu dalam sebuah catatan kecil? Entahlah aku tak pernah ingin tahu dan menjawabnya. Butuh waktu yang lama untuk kembali menjadi diriku sendiri. Seperti daun yang menanti tetesan embun. Seperti pohon yang menunggu cahaya matahari untuk tumbuh. Perasaan kecewa, menyesal, dan terluka mungkin masih menyelinap di antara relung hati dan mimpi. Ingin rasanya membakar dan benar-benar hilang dari perasaan itu. Kembali menjadi diriku sendiri, menjadi apa yang aku mimpikan dulu.
Ya, aku akan bangun, bangkit, berdiri, bahkan berlari. Aku akan menjadi diriku sendiri, aku akan melakukan setiap apa yang kujalani dengan penuh harapan. Berselimut doa yang kupanjatkan, semoga Allah senantiasa membukakan jalan yang terbaik. Ini saat yang tepat untuk bangkit. Mati Rasa? End.


Posting Komentar