Mereka Membunuh Bahsaku  

Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in


Hai Sobat ASPEK…!!! Sekarang ini zaman udah maju. Kebanyakan dari kalian udah punya HP kan ?? Alat komunikasi tersebut digunakan untuk berkomunikasi lewat telepon dan SMS (Short Message Service). Buat pelajar yang seumuran kita, kebanyakan lebih suka SMS-an daripada nelpon. Ya kaaan….?? Secara lebih murah dan kita juga bisa mengekspresikan diri lewat kata-kata. Seringkali dalam mengirim SMS kita menyingkat kata-kata agar lebih cepat dan hemat pulsa. Tapi sebenarnya hal itu tidak dianjurkan karena ada beberapa masalah yang ditimbulkan karena hal tersebut. Semua ini akan kita bahas di halaman ini.

Fenomena penyingkatan kata dalam SMS terjadi karena kebanyakan masyarakat berprinsip “Asalkan sampai ke penerima” dan ada kesan bahwa semakin pintar kita menyingkat pesan SMS, maka kita semakin gaul dan tampil beda. Dan terkadang kita merasa penggunaan bahasa dan kata yang baik dan benar terasa kurang efisien, serta kurang nyaman untuk percakapan sehari-hari. Padahal sebenarnya EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) justru mengefektifkan percakapan kita.

Akibat-akibat lain yang ditimbulkan oleh fenomena tersebut antara lain:

a. Menimbulkan AMBIGUITAS (bermakna ganda). Contohnya nih, ketika kamu ngetik huruf “lg” dapat bermakna “lagu” dan “lagi”. Sebenernya kan tidak semua orang mengetahui penyingkatan kata yang sering kita lakukan dalam SMS. Contohnya saat kamu mengirim SMS kepada orang yang lebih tua.

b. Orang bisa pelafalan (dalam penyingkatan kata bahasa asing) tapi tidak tahu cara penulisan yang benar. Contohnya ketika kamu ngetik “Just 4 U” sebagian orang mungkin bisa paham maksudnya “Just For You”, tapi tidak tahu cara penulisan kata “Just 4 U” yang benar.

c. Kamus Besar Bahasa Indonesia jadi tidak berguna lagi. Padahal di situlah terdapat kosakata yang resmi.

d. Pembunuhan karakter Bahasa Indonesia. Dikatakan sebagai pembunuhan karakter karena secara tidak sadar kita telah merusak Bahasa Indonesia yang telah dibangun kaedahnya dari jaman dahulu.

e.Hilangnya kaedah Bahasa Indonesia.

Untuk meminimalkan agar perusakan bahasa tidak terus terjadi, ada beberapa cara antara lain:

a.Gunakan singkatan yang lazim saat mengirim SMS atau pesan singkat lainnya. Contohnya kata “yang” dapat disingkat menjadi “yg”.

b.Jika kata-kata yang akan dikirim tidak dapat disingkat dengan jelas, tulislah dengan apa adanya. Dengan demikian kita telah menyelamatkan Bahasa Indonesia dari kerusakan.

Pembunuhan bahasa sebenarnya dilakukan tanpa sadar oleh diri kita sendiri. Sebagai bangsa Indonesia kita harus bangga dengan bahasa kita, yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa yang baik dan benar sebenarnya tidak harus baku, tapi harus sesuai dengan situasi dan kondisi di mana kita berada. Sebagai pelajar, kita harus memegang kaedah berbahasa yang benar. Kalau kita ingin Bahasa Indonesia tetap eksis, kita harus sering menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari secara tulis maupun lisan, dan juga memperdengarkannya pada semua orang. Sebenarnya, orang yang bisa berbahasa adalah orang yang tahu aturan. So..kalian nggak mau kan dijuluki orang nggak punya aturan kan…??

-artikel ini pernah di muat di majalah sekolah ASPEK SMAN 3 KEDIRI-





This entry was posted on 21.14 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar

Posting Komentar

Mereka Membunuh Bahsaku  

Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in


Hai Sobat ASPEK…!!! Sekarang ini zaman udah maju. Kebanyakan dari kalian udah punya HP kan ?? Alat komunikasi tersebut digunakan untuk berkomunikasi lewat telepon dan SMS (Short Message Service). Buat pelajar yang seumuran kita, kebanyakan lebih suka SMS-an daripada nelpon. Ya kaaan….?? Secara lebih murah dan kita juga bisa mengekspresikan diri lewat kata-kata. Seringkali dalam mengirim SMS kita menyingkat kata-kata agar lebih cepat dan hemat pulsa. Tapi sebenarnya hal itu tidak dianjurkan karena ada beberapa masalah yang ditimbulkan karena hal tersebut. Semua ini akan kita bahas di halaman ini.

Fenomena penyingkatan kata dalam SMS terjadi karena kebanyakan masyarakat berprinsip “Asalkan sampai ke penerima” dan ada kesan bahwa semakin pintar kita menyingkat pesan SMS, maka kita semakin gaul dan tampil beda. Dan terkadang kita merasa penggunaan bahasa dan kata yang baik dan benar terasa kurang efisien, serta kurang nyaman untuk percakapan sehari-hari. Padahal sebenarnya EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) justru mengefektifkan percakapan kita.

Akibat-akibat lain yang ditimbulkan oleh fenomena tersebut antara lain:

a. Menimbulkan AMBIGUITAS (bermakna ganda). Contohnya nih, ketika kamu ngetik huruf “lg” dapat bermakna “lagu” dan “lagi”. Sebenernya kan tidak semua orang mengetahui penyingkatan kata yang sering kita lakukan dalam SMS. Contohnya saat kamu mengirim SMS kepada orang yang lebih tua.

b. Orang bisa pelafalan (dalam penyingkatan kata bahasa asing) tapi tidak tahu cara penulisan yang benar. Contohnya ketika kamu ngetik “Just 4 U” sebagian orang mungkin bisa paham maksudnya “Just For You”, tapi tidak tahu cara penulisan kata “Just 4 U” yang benar.

c. Kamus Besar Bahasa Indonesia jadi tidak berguna lagi. Padahal di situlah terdapat kosakata yang resmi.

d. Pembunuhan karakter Bahasa Indonesia. Dikatakan sebagai pembunuhan karakter karena secara tidak sadar kita telah merusak Bahasa Indonesia yang telah dibangun kaedahnya dari jaman dahulu.

e.Hilangnya kaedah Bahasa Indonesia.

Untuk meminimalkan agar perusakan bahasa tidak terus terjadi, ada beberapa cara antara lain:

a.Gunakan singkatan yang lazim saat mengirim SMS atau pesan singkat lainnya. Contohnya kata “yang” dapat disingkat menjadi “yg”.

b.Jika kata-kata yang akan dikirim tidak dapat disingkat dengan jelas, tulislah dengan apa adanya. Dengan demikian kita telah menyelamatkan Bahasa Indonesia dari kerusakan.

Pembunuhan bahasa sebenarnya dilakukan tanpa sadar oleh diri kita sendiri. Sebagai bangsa Indonesia kita harus bangga dengan bahasa kita, yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa yang baik dan benar sebenarnya tidak harus baku, tapi harus sesuai dengan situasi dan kondisi di mana kita berada. Sebagai pelajar, kita harus memegang kaedah berbahasa yang benar. Kalau kita ingin Bahasa Indonesia tetap eksis, kita harus sering menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari secara tulis maupun lisan, dan juga memperdengarkannya pada semua orang. Sebenarnya, orang yang bisa berbahasa adalah orang yang tahu aturan. So..kalian nggak mau kan dijuluki orang nggak punya aturan kan…??

-artikel ini pernah di muat di majalah sekolah ASPEK SMAN 3 KEDIRI-





This entry was posted on 21.14 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar

Posting Komentar