Sebentuk Impian yang Terpenjara-4  

Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in

"Biarkan dia merdeka dalam setiap mimpinya. Mimpi yang memodali dirinya untuk tetap 'ada' dan dikenang hingga kini. Sebentuk impian yang terpacar jelas dari raut wajah mungilnya. Tentang apa pilihan di masa depannya. Yah, terlihat mengagumkan ketika sebentuk impian itu memberontak untuk segera diekspresikan. Terdengar mengagumkan. Terlihat kuat. Mungkin tak ada yang berarti dalam hidupnya. Tapi, dia selalu berkata "Segala sesuatu dalam kehidupanku mungkin agak suram, tapi sebentar lagi kehidupanku akan bersinar.". 'Share yang hilang dari dunia anak.'
-Penggalan cerpen "Sebentuk Impian yang Terpenjara"-


ps. foto ini diambil dari website favim.com

Sebentuk Impian yang Terpenjara-3  

Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in

"di ruangan kecil ini ia membangun impian itu. Mencoba bangkit dan bangun melihat keadaan sekitar. Terjajar rapi lukisan-lukisan itu. Foto-foto yang tertempel sejajar dengan ruangan. Coretan kertas dan buku-buku bertumpuk di sudut ruangan. Hanya merah, biru, dan hijau yang menyinari setiap mimpinya di ruangan mungil itu. Kerapkali ia menggantungkan secuil kertas di pohon cokelat yang terlukis di sudut ruangan. Meniup debu dari buku di sudut ruangan yang sudah lama tak terpakai menjadi hal unik baginya. Rasanya ada sepotong fragmen yang tak boleh dilewatkan. Seperti ada nuansa masa lalu yang memberontak ingin dikenang hingga kini. Mari kembali beralih pada setiap bagian di buku ini dengan tulisan yang acak-acakan. Lembar demi lembar, setiap foto yang tertempel, coretan demi coretan dari tinta warna yang mulai luntur menghiasi setiap lembar dalam buku itu. Jelas sekali bahwa ia ingin mengenang semua imajinya."
-Penggalan cerpen "Sebentuk Impian yang Terpenjara"-

Sebentuk Impian yang Terpenjara-2  

Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in

"Dia harus membantu dirinya sendiri, minta dia berhenti untuk marah pada keadaan." ujar salah seorang disampingnya. Sekalipun berusaha mendamaikan diri dengan keadaan. Semua orang akan mendustainya. Karena semua orang melihat dari sudut pandang yang berbeda. Memang tak salah semua orang bersikap seperti itu, Tapi bukan seperti ini konsep hidup yang dia inginkan dan butuhkan. Hidup adalah tumbuh, berkembang, dan menghargai setiap proses penciptaan Tuhan. Yang dia pikirkan adalah bagaimana menyaring air yang jatuh dari atas ke bawah dan merubah kebiasaan buruk menjadi sebuah take action yang bermanfaat bagi banyak orang. Apa salah ketika dia ingin menjadi dirinya sendiri dan memulai semua yang baru. Biarkan dia menjadi dirinya sendiri, sebaik-baik dirinya sendiri. Itu hak setiap manusia. Jangan memenjara setiap lakon yang ingin dia mainkan. Tuhan sudah mengaturnya. Masa depan itu rahasia.
-Penggalan cerpen "Sebentuk Impian yang Terpenjara"-

Sebentuk Impian yang Terpenjara  

Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in

"seperti sebuah tekanan batin setelah 'kecelakaan' itu menimpanya. Sebentuk tekanan batin yang bahkan tak ada yang mampu menghapusnya. Hanya bisa berusaha menutup lembar demi lembar kenangan yang meski pahit harus dilalui. Sekalipun bahagia terpancar dari senyum mungilnya. Tapi ia tak bisa menyembunyikan luka yang mengoyak nurani dan hidupnya. Baginya, ini bukan masalah materi tapi lebih kepada sebentuk nurani yang terpenjara di antara angan-angan dan impian yang tinggi. Lika Liku Luka yang harus dilewati, dan sebuah pengorbanan nurani yang begitu besar untuk realistis menerima keadaan. Tekanan yang semakin membuat imaji ini terpenjara. Dan ia pun selalu berkata "aku lebih bahagia dengan udara dan air. Dan mereka lebih tahu bagaimana aku harus belajar menghargai sebuah proses.". Apapun yang terjadi, biarkan dia bebas berekspresi dengan imajinasinya."
-Penggalan cerpen "Sebentuk Impian yang Terpenjara"-


ps: foto ini diambil dari web favim.com

BEASISWA DATA PRINT  

Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in

Partisipasi DataPrint dalam memajukan dunia pendidikan Indonesia tidak henti-hentinya. Di tahun 2009, DataPrint pernah mengadakan program DataPrint Academy yang memberikan kesempatan kepada 30 orang pelajar SMA dari seluruh Indonesia untuk mengikuti workshop selama lima hari di bidang kreatifitas dan entrepreneurship. Kemudian di tahun 2011, sebanyak 700 orang pelajar dan mahasiswa telah menerima beasiswa pendidikan dengan total ratusan juta rupiah. Para penerima beasiswa berasal dari Pekanbaru, Bandung, Jakarta, Ponorogo, Kendari, Martapura, Dumai, Malang, dan lain-lain.

Tahun ini, DataPrint kembali membuka program beasiswa bagi 700 orang pelajar dan mahasiswa. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint. Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta.


Beasiswa yang dibagikan diharapkan dapat meringankan biaya pendidikan sekaligus mendorong penerima beasiswa untuk lebih berprestasi. Jadi, segera daftarkan diri kamu di
http://beasiswadataprint.com/?page_id=73


Nah, sebelum daftar coba baca deh peraturan di http://beasiswadataprint.com/?page_id=2




Sepercik AIr  

Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in

Sedang merindukan masa-masa dimana bahagia itu selalu terukir, menghiasi setiap senyum yang mengembang. Yah, bisa dibilang ini adalah fase tersulit dalam hidup. Entah sudah kesekian kalinya aku keluhkan hal ini, tapi tetap saja keluhan itu tak pernah ada ujungnya. Keluhan tak berujung dari sebuah realita.

Ada kalanya manusia mengalami sebuah titik balik, masa kejenuhan, dan masa perubahan. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Melampiaskan menjadi sebuah hal yang positif atau justru terjebak dengan hal yang negatif. Sama halnya dengan sebuah keluhan, berawal dari sebuah realita yang tak 'diharapkan' dan berujung penyesalan yang harus diterima. Penyesalan dan keluhan yang sebenarnya sama sekali tak berarti apa-apa.

Pada dasarnya, kita tau apa yg kita inginkan, apa yang orang lain inginkan dan apa yang pada akhirnya kita pilih. Namun seringkali kita tak menyadari baik atau buruknya sebuah pilihan itu. Dan karena itulah kerapkali keluhan muncul. Harus kuakui bahwa sebenarnya mengeluh salah dan tak ada gunanya. Sama artinya dengan tak mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Tuhan kepada kita. Tapi, itulah manusia selalu mengedepankan ego tanpa memikirkan bagaimana dampaknya suatu saat nanti.

Setidaknya kini aku berhenti mengeluh dan mulai berpikir cerdas bagaimana menciptakan suasana yang mendamaikan dan membahagiakan. Melampiaskan semua masalah menjadi hal-hal positif yang dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Masih ada masa depan yang melambai padaku. SEMANGAT!!

Bangku Bangku yang Mulai Pudar- Sebuah Refleksi Diri  

Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in

Kehidupan tanpa pendidikan memang tak akan membenih indah namun jika pendidikan pun sudah diatas tanduk runcing tertiup angin pula, apa yang insan bisa lakukan. Tak banyak khalayak tau strategi kecil yang dimainkan dibalik layar, ada kalanya pula semua itu disembunyikan. Namun apa yang ada dibenak semua umat yang mempunyai mata hati yang mengenang seorang pahlawan dimata mereka adalah sosok yang benar-benar berjasa dan pelipur laranya jikalau pahlawan itu ternyata menggunting dibalik lipatan yang tak seharusnya mereka lakukan. Apalagi pahlawan dengan lebel tanpa tanda jasa, siapa sih yang tak mengerti ungkapan ini. Mungkin semua plosok dan sudut-sudut pun tak asing tentang ini semua.



Udara sudah terbiasa berhembus dari tekanan yang tinggi ke rendah bahkan air laut sudah terbiasa menguap saat matahari benar-benar memberikan panasnya sinar. Semua hal di bumi ini sudah biasa terjadi namun apa yang ada jika yang tak biasa terjadi kini sudah menjadi darah dan mendaging di tubuh para pahlawan tanpa tanda jasa ini. Tak perlu munafik dan tak perlu bungkam untuk sembunyikan hal yang dianggap tak layak dilakukan. Hukum pun tidak akan ada jika tak terjadi penyimpangan, apakah yang engkau maksud ini, pahlawan tanpa tanda jasa mengatas namakan jasanya diatas segalanya.



Dan saat siang terik sudah diatas kepala ternyata tak jarang engkau rasakan udara yang berhembus atasnya. Disini kami panas, disini kami menggigil kering hampir pecah sudah bibir kami. Bahkan kami tak pernah tau arti sebuah nilai yang selama ini engkau berikan pada kami, bagi kami nilai hanya segelintir buih-buih yang berceceran di benak kami dan akan hilang pada saat yang cepat. Tanpa kita sadari kami tak pernah mengenal nilai, kami sering abaikan akhlak demi nilai yang kami inginkan dari lihaian tanganmu. Mungkin lipatan-lipatan dan lembaran-lembaran kertas nilai berarti bagai kami, sampai kami tak mengenal akhlak. Apakah arti keberadaan kami jika pahlawan panutan kami tak mengenalkan kami akhlak, ingin sekali kami mengenal akhlak dengan niat kami namun, tak sanggup kami menggapainya. Sudah lama kami ingin mengenalnya namun harga nilai-nilai yang selalu engkau hadirkan dibenak kami membuat kami semakin terpaku atas nilai, kami semakin melupakan akhlak dan mengejar nilai yang sebenarnya hal itu hanya kesemuan belaka. Semu yang tak berarti dan akan hangus di sela-sela helak nafas jika kami sudah tak duduk di bangku-bangku itu.

Sebentuk Impian yang Terpenjara-4  

Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in

"Biarkan dia merdeka dalam setiap mimpinya. Mimpi yang memodali dirinya untuk tetap 'ada' dan dikenang hingga kini. Sebentuk impian yang terpacar jelas dari raut wajah mungilnya. Tentang apa pilihan di masa depannya. Yah, terlihat mengagumkan ketika sebentuk impian itu memberontak untuk segera diekspresikan. Terdengar mengagumkan. Terlihat kuat. Mungkin tak ada yang berarti dalam hidupnya. Tapi, dia selalu berkata "Segala sesuatu dalam kehidupanku mungkin agak suram, tapi sebentar lagi kehidupanku akan bersinar.". 'Share yang hilang dari dunia anak.'
-Penggalan cerpen "Sebentuk Impian yang Terpenjara"-


ps. foto ini diambil dari website favim.com

Sebentuk Impian yang Terpenjara-3  

Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in

"di ruangan kecil ini ia membangun impian itu. Mencoba bangkit dan bangun melihat keadaan sekitar. Terjajar rapi lukisan-lukisan itu. Foto-foto yang tertempel sejajar dengan ruangan. Coretan kertas dan buku-buku bertumpuk di sudut ruangan. Hanya merah, biru, dan hijau yang menyinari setiap mimpinya di ruangan mungil itu. Kerapkali ia menggantungkan secuil kertas di pohon cokelat yang terlukis di sudut ruangan. Meniup debu dari buku di sudut ruangan yang sudah lama tak terpakai menjadi hal unik baginya. Rasanya ada sepotong fragmen yang tak boleh dilewatkan. Seperti ada nuansa masa lalu yang memberontak ingin dikenang hingga kini. Mari kembali beralih pada setiap bagian di buku ini dengan tulisan yang acak-acakan. Lembar demi lembar, setiap foto yang tertempel, coretan demi coretan dari tinta warna yang mulai luntur menghiasi setiap lembar dalam buku itu. Jelas sekali bahwa ia ingin mengenang semua imajinya."
-Penggalan cerpen "Sebentuk Impian yang Terpenjara"-

Sebentuk Impian yang Terpenjara-2  

Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in

"Dia harus membantu dirinya sendiri, minta dia berhenti untuk marah pada keadaan." ujar salah seorang disampingnya. Sekalipun berusaha mendamaikan diri dengan keadaan. Semua orang akan mendustainya. Karena semua orang melihat dari sudut pandang yang berbeda. Memang tak salah semua orang bersikap seperti itu, Tapi bukan seperti ini konsep hidup yang dia inginkan dan butuhkan. Hidup adalah tumbuh, berkembang, dan menghargai setiap proses penciptaan Tuhan. Yang dia pikirkan adalah bagaimana menyaring air yang jatuh dari atas ke bawah dan merubah kebiasaan buruk menjadi sebuah take action yang bermanfaat bagi banyak orang. Apa salah ketika dia ingin menjadi dirinya sendiri dan memulai semua yang baru. Biarkan dia menjadi dirinya sendiri, sebaik-baik dirinya sendiri. Itu hak setiap manusia. Jangan memenjara setiap lakon yang ingin dia mainkan. Tuhan sudah mengaturnya. Masa depan itu rahasia.
-Penggalan cerpen "Sebentuk Impian yang Terpenjara"-

Sebentuk Impian yang Terpenjara  

Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in

"seperti sebuah tekanan batin setelah 'kecelakaan' itu menimpanya. Sebentuk tekanan batin yang bahkan tak ada yang mampu menghapusnya. Hanya bisa berusaha menutup lembar demi lembar kenangan yang meski pahit harus dilalui. Sekalipun bahagia terpancar dari senyum mungilnya. Tapi ia tak bisa menyembunyikan luka yang mengoyak nurani dan hidupnya. Baginya, ini bukan masalah materi tapi lebih kepada sebentuk nurani yang terpenjara di antara angan-angan dan impian yang tinggi. Lika Liku Luka yang harus dilewati, dan sebuah pengorbanan nurani yang begitu besar untuk realistis menerima keadaan. Tekanan yang semakin membuat imaji ini terpenjara. Dan ia pun selalu berkata "aku lebih bahagia dengan udara dan air. Dan mereka lebih tahu bagaimana aku harus belajar menghargai sebuah proses.". Apapun yang terjadi, biarkan dia bebas berekspresi dengan imajinasinya."
-Penggalan cerpen "Sebentuk Impian yang Terpenjara"-


ps: foto ini diambil dari web favim.com

BEASISWA DATA PRINT  

Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in

Partisipasi DataPrint dalam memajukan dunia pendidikan Indonesia tidak henti-hentinya. Di tahun 2009, DataPrint pernah mengadakan program DataPrint Academy yang memberikan kesempatan kepada 30 orang pelajar SMA dari seluruh Indonesia untuk mengikuti workshop selama lima hari di bidang kreatifitas dan entrepreneurship. Kemudian di tahun 2011, sebanyak 700 orang pelajar dan mahasiswa telah menerima beasiswa pendidikan dengan total ratusan juta rupiah. Para penerima beasiswa berasal dari Pekanbaru, Bandung, Jakarta, Ponorogo, Kendari, Martapura, Dumai, Malang, dan lain-lain.

Tahun ini, DataPrint kembali membuka program beasiswa bagi 700 orang pelajar dan mahasiswa. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint. Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta.


Beasiswa yang dibagikan diharapkan dapat meringankan biaya pendidikan sekaligus mendorong penerima beasiswa untuk lebih berprestasi. Jadi, segera daftarkan diri kamu di
http://beasiswadataprint.com/?page_id=73


Nah, sebelum daftar coba baca deh peraturan di http://beasiswadataprint.com/?page_id=2




Sepercik AIr  

Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in

Sedang merindukan masa-masa dimana bahagia itu selalu terukir, menghiasi setiap senyum yang mengembang. Yah, bisa dibilang ini adalah fase tersulit dalam hidup. Entah sudah kesekian kalinya aku keluhkan hal ini, tapi tetap saja keluhan itu tak pernah ada ujungnya. Keluhan tak berujung dari sebuah realita.

Ada kalanya manusia mengalami sebuah titik balik, masa kejenuhan, dan masa perubahan. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Melampiaskan menjadi sebuah hal yang positif atau justru terjebak dengan hal yang negatif. Sama halnya dengan sebuah keluhan, berawal dari sebuah realita yang tak 'diharapkan' dan berujung penyesalan yang harus diterima. Penyesalan dan keluhan yang sebenarnya sama sekali tak berarti apa-apa.

Pada dasarnya, kita tau apa yg kita inginkan, apa yang orang lain inginkan dan apa yang pada akhirnya kita pilih. Namun seringkali kita tak menyadari baik atau buruknya sebuah pilihan itu. Dan karena itulah kerapkali keluhan muncul. Harus kuakui bahwa sebenarnya mengeluh salah dan tak ada gunanya. Sama artinya dengan tak mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Tuhan kepada kita. Tapi, itulah manusia selalu mengedepankan ego tanpa memikirkan bagaimana dampaknya suatu saat nanti.

Setidaknya kini aku berhenti mengeluh dan mulai berpikir cerdas bagaimana menciptakan suasana yang mendamaikan dan membahagiakan. Melampiaskan semua masalah menjadi hal-hal positif yang dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Masih ada masa depan yang melambai padaku. SEMANGAT!!

Bangku Bangku yang Mulai Pudar- Sebuah Refleksi Diri  

Posted by: Farah Adiba Nailul Muna in

Kehidupan tanpa pendidikan memang tak akan membenih indah namun jika pendidikan pun sudah diatas tanduk runcing tertiup angin pula, apa yang insan bisa lakukan. Tak banyak khalayak tau strategi kecil yang dimainkan dibalik layar, ada kalanya pula semua itu disembunyikan. Namun apa yang ada dibenak semua umat yang mempunyai mata hati yang mengenang seorang pahlawan dimata mereka adalah sosok yang benar-benar berjasa dan pelipur laranya jikalau pahlawan itu ternyata menggunting dibalik lipatan yang tak seharusnya mereka lakukan. Apalagi pahlawan dengan lebel tanpa tanda jasa, siapa sih yang tak mengerti ungkapan ini. Mungkin semua plosok dan sudut-sudut pun tak asing tentang ini semua.



Udara sudah terbiasa berhembus dari tekanan yang tinggi ke rendah bahkan air laut sudah terbiasa menguap saat matahari benar-benar memberikan panasnya sinar. Semua hal di bumi ini sudah biasa terjadi namun apa yang ada jika yang tak biasa terjadi kini sudah menjadi darah dan mendaging di tubuh para pahlawan tanpa tanda jasa ini. Tak perlu munafik dan tak perlu bungkam untuk sembunyikan hal yang dianggap tak layak dilakukan. Hukum pun tidak akan ada jika tak terjadi penyimpangan, apakah yang engkau maksud ini, pahlawan tanpa tanda jasa mengatas namakan jasanya diatas segalanya.



Dan saat siang terik sudah diatas kepala ternyata tak jarang engkau rasakan udara yang berhembus atasnya. Disini kami panas, disini kami menggigil kering hampir pecah sudah bibir kami. Bahkan kami tak pernah tau arti sebuah nilai yang selama ini engkau berikan pada kami, bagi kami nilai hanya segelintir buih-buih yang berceceran di benak kami dan akan hilang pada saat yang cepat. Tanpa kita sadari kami tak pernah mengenal nilai, kami sering abaikan akhlak demi nilai yang kami inginkan dari lihaian tanganmu. Mungkin lipatan-lipatan dan lembaran-lembaran kertas nilai berarti bagai kami, sampai kami tak mengenal akhlak. Apakah arti keberadaan kami jika pahlawan panutan kami tak mengenalkan kami akhlak, ingin sekali kami mengenal akhlak dengan niat kami namun, tak sanggup kami menggapainya. Sudah lama kami ingin mengenalnya namun harga nilai-nilai yang selalu engkau hadirkan dibenak kami membuat kami semakin terpaku atas nilai, kami semakin melupakan akhlak dan mengejar nilai yang sebenarnya hal itu hanya kesemuan belaka. Semu yang tak berarti dan akan hangus di sela-sela helak nafas jika kami sudah tak duduk di bangku-bangku itu.